Kamis, 22 April 2010

IMF Tingkatkan Outlook Pertumbuhan Ekonomi Global, Fiskal


The International Monetary Fund (IMF) tingkatkan perkiraannya terhadap pertumbuhan ekonomi global tahun ini dan mengingatkan bahwa kegagalan Negara-negara untuk menahan membengkaknya utang public memiliki konsekwensi sangat kuat bagi ekonomi dunia. Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut kemarin menyatakan ekonomi dunia akan meningkat 4.2 persen pada tahun 2010, pertumbuhan tercepat sejak 2007, meningkat dibanding proyeksi bulan Januari yang memperkirakan tumbuh 3.9 persen. Negara-negara berkembang mencakup China dan India memimpin dunia keluar dari resesi terdalam sejak perang dunia ke II, sementara Eropa dan Jepang mengikuti Amerika diantara negara-negara ekonomi maju, demikian IMF menyatakan dalam pandangan ekonomi dunia yang disampaikan kemarin. IMF memperkirakan pertumbuhan di Negara berkembang dan membangun akan tumbuh 6.3 persen tahun ini dan 6.5 persen tahun depan. Di Negara maju diperkirakan hanya akan tumbuh 2.3 persen tahun 2010 dan 2.4 persen tahun 2011.

Tahun ini, Negara-negara ekonomi maju mencakup Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang akan tumbuh 2.3 persen, lebih tinggi dibanding 2.1 persen perkiraan pada bulan Januari, dengan tingkat pengangguran diperkirakan akan bertahan pada area 9 persen hingga tahun 2011. ekspansi di Negara-negara maju akan mencapai 2.4 persen tahun depan, ungkap IMF. Gross domestic product Amerika akan meningkat 3.1 persen tahun ini sebelum melemah menjadi 2.6 persen pada tahun 2011. Pada bulan Januari, IMF memperkirakan tumbuh 2.7 persen tahun 2010 di Negara-negara ekonomi terbesar dunia. Outlook untuk ekonomi Jepang tahun ini meningkat menjadi 1.9 persen, meningkat dari 1.7 oersen prediksi pada empat bulan lalu.

Namun seiring ekonomi dunia secara perlahan meneratas jalan keluar dari resesi, kepala ekonom IMF Oliver Blanchard meningatkan bahwa tantangan baru dan tidak kurang hebat masih nampak. Dia menyatakan konsolidasi fiscal harus menjadi prioritas untuk ekonomi maju yang berutang sangat besar namun hal tersebut kemungkinan untuk terus membebani permintaan, dan selanjutnya pada pertumbuhan ekonomi, sebuah dilemma yang telah memberi banyak ekonomi tetap berjuang. Untuk mengimbangi terpaan pada permintaa, Negara-negara maju secara keseluruhan perlu untuk melemahkan mata uangnya guna mendorong ekspor, tandas Blanchard. Di sisi lain, ekonomi berkembang perlu untuk membiarkan mata uangnya menguat, meredam ekspor. IMF telah bertahun-tahun menyerukan sebuah penyeimbangan kembali antara negara-negara surplus seperti China dan negara dengan defisi beser seperti Amerika Serikat. Sebagian besar perhatian terfokus pada perlunya China untuk membiarkan mata uangnya, yuan, untuk terapresiasi guna membantu mengendalikan permintaan domestik.

Meskipun IMF merevisi meningkat perkiraannya bagi ekonomi Amerika, IMF mengingatkan bahwa ketidakpastian outlook ekonomi Amerika masih meningkat meskipun lebih rendah dibanding yang dipikirkan sebelumnya. Euro area akan dengan susah payah keluar dari lemahnya pertumbuhan pada tahun ini dan tahun mendatang sekitar 1 persen, dengan hanya ekonomi Yunani tertinggal pada tahun 2011 seiring blok ekonomi tersebut (Uni Eropa) bangkit dari resesi. Secara kontras, Australia dan ekonomi-ekonomi di Asia telah menunjukan pertumbuhan yang kuat, tutur IMF, meskipun mereka juga menyatakan Bank of Japan kemungkinan masih akan melonggarkan kebijakan moneternya lebih lanjut apabila deflasi tetap terjadi. Di sub-sahara Afrika, sebagian besar ekonomi diperkirakan bertahan pada potensi output, sementara ekonomi berkembang Eropa akan terus tertinggal dengan beberapa ekspektasi.

Negara-negara kaya memikul beban utang lebih berat, dengan rasio utang terhadap GDP meningkat mendekati level tertinggi pada perang dunia ke II. Sementara itu, IMF mendorong negara-negara untuk mengadopsi strategi penurunan utang yang kredibel, seraya menyatakan upaya stimulus yang direncanakan untuk tahun 2010 harus sepenuhnya diimplementasikan dikarenakan pemulihan masih rentan dan pengangguran tinggi. Sebagian besar ekonomi maju akan memulai pada sebuah konsolidasi fiskal signifikan pada 2011, dan sebagian kecil lainnya akan memulai lebih cepat.

Peringatan IMF yang sering kali diulang berkenaan dengan utang digunakan sangat signifikan pada beberapa bulan terakhir seiring semakin intensifnya fiskal Yunani, meningkatkan biaya pinjaman dan memaksa pemerintah untuk memetakan sebuah paket penyelamatan yang memungkikan. Tugas menurunkan utang global sangat mengerikan. Penarikan stimulus akan mereduksi belanja publik dengan hanya sekitar 1.5 persen dari GDP. Setiap negara perlu menyesuaikan tiga kali lebih besar dibanding hanya menstaqbilkan rasio utang terhadap GDP. Mereduksi utang ke level sebelum krisis, di sisi lain, mungkin akan membutuhkan lebih banyak tahapan yang menyakitkan meliputi peningkatan pajak dan memangkas program-program pemerintah seperti jaring social.

Dalam pertemuan pada 23 April mendatang di Washington, menteri-menteri keuangan dan bank-bank sentral dari kelompok 20 negara industri dan membangun akan membicarakan bagaimana dan kapan untuk menghapus stimulus fiscal dan moneter seiring ekspansi global menguat. G-20 juga mempertimbangkan proposal-proposal untuk memikul biaya penyelamatan industri financial setelah pemerintah menyediakan sebesar kira-kira $11 triliun bagi institusi-institusi termasuk raksasa perbankan yang berbasis di New York Citigroup Inc. dan Royal Bank of Scoltand Group Plc. yang berkantor pusat di Edinburgh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar