Selasa, 27 April 2010

Euro Terpukul oleh Ketidakpastian Yunani


Kekacauan seputar waktu dan besaran bantuan darurat bagi Yunani mendorong investor menjual euro pada perdagangan hari Senin kemarin seiring pasar kahawatir terhadap apakah negara anggotan zona eropa tersebut akan akan mengatur unutk menghindari terjadinya kegagalan utang. Euro sedikit melemah ke bawah $1.33, melemah untuk ketujuh kalinya dalam delapan hari terakhir perdagangan terhadap US dollar. Euro juga terpuruk ke level terendah selama tiga bulan terhadap sterling dipicu perhatian investor terhadap berbagai kondisi yang berpotensi menyerang pemberian pinjaman bagi Yunani.

Yunani meminta bantuan darurat pada hari Jum’at lalu dan berusaha untuk menyakinkan investor akhir pekan lalu bahwa dana 45 milyar euro ($60.5 milyar) dari Uni Eropa dan IMF akan tiba pada waktunya guna menghindari kebangkrutan utang luar negeri Uni Eropa untuk pertama kalinya. Yunani bergerak mendekati penerimaan paket bantuan darurat tersebut sebelum pembayaran utang jatuh tempo pada pertengahan Mei mendatang dimana Menteri Keuangan Yunani George Papconstantinou mengingatkan investor mereka akan kehilangan pakaiannya apabila mereka memperkirakan negara yang kekurangan keuangan tersebut akan bangkrut. Berbicara di hadapan reporter di Washington hari Minggu lalu dimana dia tengah menegosiasi rencana pinjaman 3 tahun dengan IMF dan pemerintah-pemerintah Eropa, Papaconstantinou menyatakan uang akan tersedua secepatnya dan negaranya tidak akan merestrukturisasi utangnya.

Namun pernyataan-pernyataan tersebut gagal menahan imbal hasil obligasi dua tahun Yunani melonjak 169 basis point ke 12.62 persen kemarin. Kekhawatiran seputar kegagalan luar negeri menerpa keseluruhan antusiasme. Euro melemah hampir 7 persen terhadap US dollar tahun ini, dan komdisi perdagnagan berjangka dan komoditi hari Jum’at lalu menyatakan bahwa speculator meningkatkan spekulasinya bagi kelanjutan pelemahan euro akhir kepan lalu. Sebagian investor khawatir bahwa masalah utang Yunani boleh jadi menrupakan sebuah pertanda masalah di Negara-negara di sekeliling Uni Eropa, termasuk Portugal dimana imbal hasil obligasi dua tahun pemerintahnya melebar hampir 100 basis point hari Senin kemarin.

Imbal hasil tambahan yang investor minta untuk mempertahankan obligasi 10 tahun pemerintah Yunani dibanding obligasi Negara rekannya Jerman melonjak 49 basis pint menjadi 607 kemarin. Euro slip 0.4 persen ke $1.3334. Meskipun dengan semakin dekatnya talangan pertama bagi anggota zona eropa tersebut, para pelaku pasar memberi signal perhatian terhadap kesulitan keuangan Yunani tidak akan berakhir seiring Negara tersebut berusaha untuk mengembalikan defisitnya ke bawah batasan dari Uni Eropa sebesar 3 persen pada 2012. Sebuah rebound dalam obligasi Yunani mereda pada 23 April lalu setelah pemerintah meminta dukungan.

Kanselir Jerman Angela Merkel hari Senin kemarin menyatakan bahwa Yunani harus komit terhadap upaya penghematan dan menunjukan itu dapat kembali ke sebuah kondisi ekonomi yang berkelanjutan sebelum Jerman dapa menyetujui bantuan darurat. Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble berbicara kepada harian the Bild- am-Sonntag bahwa “baik Uni Eropa maupun pemerintah belum dapat membuat keputusan. Dalam kondisi saat ini, sebuah keputusan dapat bersifat positif ataupun negative”.

Rekomendasi IMF bahwa masa depan talangan bagi bank akan dibayar melalui retribusi perusahaan-perusahaan perusahaan financial membelah kelompok, yang meminta untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut sebelum para pemimpin bertemu bulan Juni mendatang. G-20 membertahankan tengat akhir pada akhir tahun ini untuk menguraikan sebuah rencana untuk meningkatkan kualitas dan kuatnitas modal yang dimiliki oleh bank-bank untuk melindungi dirinya sendiri terhadap goncangan di masa depan, dan hingga saat ini para anggotan G-20 masih berselisih seputar detil pastinya. Pernyataan G-20 tidak membangun pernyataan bersama seputar nilai tukar mata uang dan para pejabat menyatakan mereka tida mendiskusikannya, dan menyampaiakn China tebebas dari permintaan-permintaan sebelumnya untuk membiarkan yuan menguat. Menteri Keuangan Amerika Timothy F. Geithner menyatakan hal tersebut hal tersebut merupakan kepntingan untuk China untuk membiarkan sebuah apresiasi.

Para pejabat ECB di Washington meredam sepkulasi bahwa kesulitan Yunani dapat meluas ke negara-negara dengan defisit anggaran yang tinggi lainnya. Mantan ketua ekonom IMF Kenneth Rogoff dalam sebuah wawancara menyatakan bahwa Yunani nampaknya akan menjadi Negara euro terakhir yang membutuhkan bantuan IMF, dengan Irlandia, Spanyol, dan Portugal ayng secara nyata rantan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar